Award Berita Flash Budaya Nasional Politik Terpopuler

Perayaan IMLEK 2020 dan wawancara ekslusif dengan Humas Media dengan Humas Vihara Bahtera Bhakti, Apriyanto di Vihara Bahtera Bhakti, Ancol.

PersNews, Vihara Bahtera Bhakti, Ancol, Sabtu, 25 Januari 2020, 11:00 AM,

Humas Vihara Bahtera Bhakti, Apriyanto di Vihara Bahtera Bhakti, Ancol.
Humas Vihara Bahtera Bhakti, Apriyanto di Vihara Bahtera Bhakti, Ancol.

Vihara Bahtera Bhakti terletak di Jl. Pantai Sanur V, Ancol, Kec. Pademangan, Jakarta Utara diantara rumah-rumah mewah di Perumahan Pasir Putih Ancol, Jakarta Utara, berdiri tegak sebuah viraha tertua di Jakarta. Namanya, Vihara Bahtera Bhakti, namun lebih dikenal dengan nama Vihara Ancol.

Vihara Bahtera Bhakti akan berusia 593 tahun. Sepanjang perjalanannya, bangunan ini telah berganti nama beberapa kali. Awalnya, ia dikenal dengan nama Klenteng Da Bo Gong, lalu berganti menjadi Klenteng Ancol, dan kemudian menggunakan nama sekarang.

“Dulu dikenal dengan nama Da Bo Gong, penyembah Dewa Bumi. Terus berganti jadi Klenteng Ancol karena letaknya di daerah Ancol. Tahun 1984, kita berubah lagi jadi Vihara Bahtera Bhakti,” jelas Apriyanto.

Vihara ini sebenarnya didirikan untuk menghormati Sampo Soei Soe, juru masak kapal Laksamana Cheng Ho. Saat itu, kapal milik Cheng Ho tengah merapat ke tepian sungai Ancol yang bernama Kota Paris.

Di Kota Paris inilah, Sampo Soei Soe yang merupakan seorang muslim, jatuh hati kepada seorang penari ronggeng bernama Siti Wati. Siti adalah anak seorang ulama terkenal bernama Mbah Areli Dato Kembang dan Ibu Enneng.

Rasa cintanya kepada Siti, akhirnya membuat Sampo Soei Soe memutuskan menetap di Nusantara setelah meminang pujaan hatinya. Bertahun-tahun kemudian, rombongan orang-orang Tiongkok datang untuk mencari Sampo Soei Soe.

Malang, mereka justru mendapati juru masak Laksamana Cheng Ho itu dalam keadaan tak bernyawa. Untuk menghormatinya, mereka kemudian membangun tempat pemujaan yang kini dijadikan klenteng.

Untuk itu, tak heran jika di dalam vihara terdapat satu ruangan khusus untuk mendoakan Sampo Soei Soe dan istrinya. Lokasi ruangan itu berada di sisi kanan altar utama.

Selain itu, vihara ini juga menyediakan ruangan khusus untuk mendoakan orangtua Siti Wati. Ruangan tersebut berada di bagian belakang vihara, tepat di makam Mbah Said Areli Dato Kembang dan Ibu Enneng.

Karena keempatnya adalah seorang muslim, vihara ini pun tak hanya menjadi milik umat Konghuchu, Buddha, atau Tao saja. Beberapa umat Islam, secara rutin juga datang untuk berziarah ke makam.

Vihara itu juga memiliki aturan yang cukup unik. Menurut Apriyanto, umat yang akan bersembahyang di viraha tersebut dilarang memberikan persembahan berupa babi.

“Jadi yang membedakan vihara ini dengan vihara yang lain adalah, kalau di persembahannya, membolehkan babi untuk dipersembahkan. Tapi kalau di kita enggak boleh,” tegasnya.

Menjelang Imlek yang jatuh 5 Februari, Apriyanto menyebut, klenteng tersebut akan mulai ramai pada malam hari hingga dini hari. Pengunjungnya pun beragam, tak hanya orang-orang sekitar saja tetapi juga peziarah dari luar kota atau luar negeri.

“Nanti malam pukul 22.00 sampai 01.00 pagi. Beragam yang datang, ada yang dari luar Pulau Jawa, kadang-kadang dari China juga ada,” pungkas Apriyanto.(red)

persnews
Aktual, Tajam, Terpercaya;
http://www.persnews.id